Pulau Enggano adalah pulau yang terletak di Lautan Indonesia, di sebelah barat daya Pulau Sumatera, dan secara administratif masuk dalam Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Karena letaknya yang cukup terpencil, Pulau Enggano sangat bergantung pada transportasi laut dan udara untuk menghubungkan penduduknya dengan pulau utama. Namun, pulau ini seringkali mengalami masalah terkait dengan konektivitas, terutama ketika cuaca buruk terjadi.
Pada awal 2025, cuaca ekstrem seperti gelombang tinggi dan angin kencang membuat transportasi ke Pulau Enggano menjadi lumpuh. Ini berarti bahwa tidak ada kapal atau pesawat yang bisa masuk atau keluar dari pulau tersebut. Kondisi ini menyebabkan sekitar 4.000 warga Enggano terisolasi, dengan akses terbatas untuk mendapatkan bahan pangan dan barang-barang penting lainnya.
Kondisi ini semakin sulit karena pasokan sembako (sembilan bahan pokok) mulai menipis. Warga di Pulau Enggano mengandalkan pasokan dari luar, terutama untuk bahan-bahan seperti beras, minyak goreng, tepung, dan bahan makanan lainnya. Dengan gangguan transportasi, pendistribusian barang-barang tersebut menjadi sangat terbatas. Bahkan hasil pertanian lokal, seperti pisang dan jengkol, pun kesulitan untuk dipasarkan ke luar pulau, yang berdampak pada perekonomian masyarakat setempat.
Namun, untuk mengatasi situasi ini, beberapa langkah telah diambil oleh pihak berwenang. Salah satunya adalah pemulihan jalur transportasi dengan menggunakan kapal-kapal perintis, seperti kapal M Husni Thamrin, yang mulai beroperasi meskipun jadwalnya disesuaikan dengan cuaca. Pemulihan ini bertujuan agar kebutuhan barang dan mobilitas warga dapat kembali berjalan lancar. Selain itu, kapal KMP Pulo Tello juga menjalani perawatan rutin yang mempengaruhi perjalanan selama 17 hari, sehingga keberadaan kapal-kapal lain menjadi sangat penting dalam memastikan kelancaran distribusi barang dan penyeberangan bagi warga.
Untuk lebih memperkuat konektivitas dan mengurangi ketergantungan pada transportasi yang rentan terhadap cuaca ekstrem, pemerintah daerah melalui dana Sukuk Negara (SBSN) telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp200 miliar. Dana ini akan digunakan untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur di Pulau Enggano, terutama untuk meningkatkan kondisi transportasi dan perekonomian pulau tersebut.
Salah satu proyek penting yang dijalankan adalah pembangunan jalan utama sepanjang 32 kilometer, yang akan menghubungkan berbagai desa di Pulau Enggano. Selain itu, tujuh jembatan baru juga akan dibangun untuk memudahkan akses antar wilayah, serta dua pelabuhan utama, yaitu Pelabuhan Malakoni dan Pelabuhan Kahayapu, yang akan dikembangkan untuk meningkatkan konektivitas laut.
Pembangunan infrastruktur ini diharapkan dapat mengurangi masalah isolasi yang sering terjadi, sekaligus memperbaiki perekonomian masyarakat Pulau Enggano. Peningkatan jalur transportasi ini juga diharapkan membuka peluang pasar bagi produk-produk lokal agar dapat dipasarkan lebih luas, serta memastikan pasokan kebutuhan pokok yang lebih lancar.
Selain upaya infrastruktur, pemerintah dan pihak terkait juga berkoordinasi untuk memberikan bantuan darurat berupa bahan pangan dan kebutuhan dasar lainnya bagi warga Pulau Enggano yang terisolasi. Bantuan ini diberikan melalui jalur transportasi darat maupun laut yang terbuka, meskipun terbatas.
Dengan berbagai langkah tersebut, diharapkan Pulau Enggano bisa keluar dari kesulitan yang dihadapi dan mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih baik, terutama dalam hal ketersediaan pangan, transportasi, dan ekonomi yang lebih stabil.