Di tengah krisis bahan bakar yang melanda Gaza, warga setempat berinovasi dengan cara yang luar biasa untuk bertahan hidup. Sejak blokade yang diberlakukan Israel pada Gaza pada tahun 2023, pasokan bahan bakar menjadi sangat terbatas, memaksa masyarakat untuk mencari alternatif kreatif. Salah satu cara yang ditemukan adalah mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak.
Mostafa Mosleh, seorang remaja berusia 16 tahun, bersama dengan keluarganya, mengumpulkan sampah plastik dari puing-puing bangunan yang hancur akibat serangan udara dan konflik. Mereka memotong plastik menjadi bagian kecil, lalu membakarnya di oven darurat. Proses pembakaran ini menghasilkan bahan bakar, termasuk bensin, yang dapat digunakan untuk kendaraan atau keperluan lainnya. "Terkadang saya takut akan pengintaian dan saya khawatir puing-puing jatuh menimpa saya saat saya berjalan," ujar Mostafa, yang mengaku melakukan ini dengan penuh risiko.
Mahmoud Mosleh, kerabat Mostafa, juga terlibat dalam upaya ini dan menyatakan bahwa mereka beralih ke metode ini karena kelangkaan bahan bakar yang semakin parah. Mereka mengandalkan teknik sederhana ini untuk bertahan hidup di tengah kondisi yang sulit.
Farid Gomaa, seorang sopir berusia 53 tahun, juga menceritakan perjuangannya. Dia rela menempuh perjalanan jauh ke Beit Lahia di utara Gaza untuk mendapatkan bahan bakar hasil dari pembakaran plastik. Meskipun risiko serangan udara Israel selalu mengancam, harga bahan bakar dari sampah plastik lebih terjangkau dibandingkan dengan bahan bakar lain yang lebih sulit didapatkan.
Selain itu, sektor kesehatan juga terdampak parah akibat kelangkaan bahan bakar. Rumah Sakit Indonesia di Gaza, yang melayani banyak pasien, hampir terpaksa menghentikan operasionalnya karena kekurangan pasokan bahan bakar. Direktur rumah sakit, Mourwan Sultan, mengingatkan bahwa jika pasokan bahan bakar tidak segera masuk, layanan medis bisa berhenti sepenuhnya.
Upaya warga Gaza ini menunjukkan ketahanan dan kreativitas mereka dalam menghadapi kesulitan. Namun, hal ini juga menggarisbawahi betapa pentingnya adanya bantuan kemanusiaan yang lebih besar dan penyelesaian politik yang bisa mengakhiri blokade panjang yang telah menghambat kehidupan sehari-hari warga Gaza.