Kisah Jayadi, Penyintas Gempa Lombok yang Kini Menjadi Penguat Korban Bencana
Lombok — Lima tahun setelah gempa dahsyat mengguncang Pulau Lombok, meninggalkan luka fisik dan psikis yang mendalam, Jayadi, salah satu penyintas bencana tersebut, kini hadir sebagai sosok penguat bagi korban bencana lainnya. Perjalanan hidupnya menjadi bukti nyata bahwa dari trauma dan kehancuran, bisa tumbuh harapan dan kekuatan untuk membantu sesama.
Pada malam kelabu 5 Agustus 2018, gempa berkekuatan 7,0 magnitudo merobohkan ribuan rumah dan menelan ratusan korban jiwa. Jayadi adalah satu di antara ribuan warga yang selamat, namun tidak tanpa luka. Kehilangan tempat tinggal, kerabat, dan rasa aman membuatnya harus berjuang keras melewati masa-masa sulit pascabencana.
Namun alih-alih tenggelam dalam trauma, Jayadi memilih jalan berbeda. Ia mengikuti berbagai pelatihan trauma healing dan menjadi relawan dalam program-program pemulihan psikologis bagi korban bencana. Salah satu pendekatan yang ia gunakan adalah metode mindfulness spiritual, yang terbukti efektif dalam menenangkan batin dan mengurangi gangguan stres pascatrauma (PTSD) — kondisi yang dialami sekitar 64,7% penyintas gempa Lombok.
Kini, Jayadi aktif mendampingi para korban bencana lain, tidak hanya di Lombok, tetapi juga di berbagai daerah terdampak lainnya. Ia berbagi pengalaman, memberi semangat, dan membantu para penyintas memahami bahwa luka batin bisa disembuhkan, dan bahwa mereka tidak sendiri dalam perjuangan ini.
Kisah Jayadi pun diangkat dalam serial dokumenter “Sosok Baik Indonesia”, sebagai bentuk apresiasi terhadap individu-individu yang telah memberi dampak nyata dalam upaya kemanusiaan. Dalam tayangan tersebut, Jayadi digambarkan bukan hanya sebagai penyintas, tapi sebagai pahlawan sunyi yang menjadikan rasa sakit sebagai kekuatan untuk menyembuhkan orang lain.
Melalui kiprahnya, Jayadi membuktikan bahwa dari reruntuhan tragedi, bisa lahir cahaya harapan — dan bahwa penyintas pun bisa menjadi agen perubahan dalam proses pemulihan pascabencana.
