Pada bulan Ramadan, suasana politik di Indonesia terkadang bisa terasa lebih hangat dan penuh kebersamaan, salah satunya terlihat dalam momen buka puasa bersama yang digelar di Istana Jakarta. Pada kesempatan ini, dua tokoh besar politik Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, duduk bersama dalam suasana yang penuh kedamaian.
Momen ini bukanlah yang pertama kalinya mereka berdua duduk bersama setelah persaingan ketat di Pilpres 2014 dan 2019. Pada kedua pemilu tersebut, Prabowo dan Jokowi bersaing ketat, memperebutkan kursi Presiden Republik Indonesia. Meskipun mereka memiliki pandangan politik yang berbeda, acara buka puasa bersama di Istana Jakarta ini menandai sebuah langkah menuju rekonsiliasi dan kedewasaan politik.
Kehadiran Prabowo sebagai salah satu tokoh yang diundang ke Istana menunjukkan bahwa, meski pernah ada perbedaan tajam dalam kontestasi politik, keduanya bisa meletakkan kepentingan nasional di atas segalanya. Ini adalah salah satu bentuk komunikasi dan hubungan yang lebih baik di tingkat elite politik, yang tentunya berdampak positif pada stabilitas politik di Indonesia.
Selain itu, acara buka puasa bersama juga menjadi simbol pentingnya kebersamaan dalam menjalankan nilai-nilai keagamaan, mengingat bulan Ramadan adalah waktu yang sangat dihargai oleh umat Muslim untuk mempererat tali silaturahmi. Buka puasa bersama ini lebih dari sekadar acara formal; ia juga menjadi kesempatan bagi kedua pemimpin untuk berbagi momen kebersamaan dan mempererat hubungan, apalagi di tengah tantangan yang harus dihadapi oleh bangsa Indonesia.
Momen seperti ini bisa memberi contoh yang baik bagi masyarakat tentang pentingnya menjaga persatuan dan saling menghormati meski ada perbedaan pandangan. Bagi Jokowi dan Prabowo, acara buka puasa bersama ini juga bisa dianggap sebagai langkah penting dalam membangun rasa saling percaya dan kerja sama untuk masa depan bangsa.
